Pages

ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)


Tubuh manusia adalah penghantar arus listrik (conductor) yang cukup baik dan disebut konduktor volume. Aktifitas listrik yang timbul dan menjalar di otot jantung, menimbulkan pula medan listrik di seluruh tubuh. Adanya medan listrik ini, ditambah dengan keadaan yang homogen baik dalam hal isi, susunan maupun bentuk jaringan-jaringan yang membentuk tubuh, menyebabkan timbulnya beda potensial diberbagai tempat dipermukaan tubuh. Perekaman perubahan beda potensial selama siklus-siklus jantung yang dilakukan di permukaan tubuh merupakan dasar elektrokardiografi. Dengan mengkaji bentuk grafik rekaman tersebut, dapatlah diperkirakan kejadian bahkan kelainan tertentu yang timbul pada jantung. Grafik rekaman tersebut dikenal dengan istilah elektrokardiogram sedangkan alat perekamnya disebut elektrokardiograf. Agar elektrokardiogram dapat dibaca secara umum, harus ada uniformitas, baik dalam pembuatan elektrokardiogram, lokasi pencatatan maupun cara merekam elektrokardiogram.
          Elektrokardiografi harus mempunyai dua buah elektroda yaitu elektroda eksplorasi (exploring electrode) dan elektroda indiferen (indifferent electrode). Arah gerak jarum pencatat harus dibuat sedemikian rupa sehingga jika tidak terdapat beda potensial antara kedua elektrode tersebut, jarum pencatat harus menunjuk kegaris dasar (base-line) yang dalam hal ini disebut garis isoelektris (iso-electric line). Jika potensial pada elektrode eksplorasi yang lebih tinggi, jarum pencatat harus menunjuk keatas garis dasar. Sebaliknya jika potensial pada elektrode indiferen yang lebih tinggi, jarum pencatat harus menunjuk ke bawah garis dasar.


ALAT – ALAT YANG DI PERGUNAKAN DALAM EKG
1.    Elektrokardiograf
·         Alat mesin ini adalah alat pokok (BASIC INSTRUMEN), mesin ini dapat di bagi menjadi single, triple, multiple channel.
·         Kertas EKG, merupakan kertas grafik yang dibagi dengan garis tipis (1 mm x 1 mm) dan garis yang agak tegal (5 mm x 5 mm) secara horizontal dan vertikal. Kecepatan mencatat mesin EKG 25 mm adalah 0,2 detik. Aksis vertikal (amplitudo) mewakili voltase, 10 kotak kecil vertikal (1cm) adalah 1 mV.

2.    Alat-alat pembantu (accessories),terdiri dari:
a.    Kawat pembantu arus listrik (Power Cable)
b.    Kawat penghubung dengan bumi (Ground cable)
c.    Kawat elektroda (Elektroda Cable)
d.    Gel (penghantar arus listrik antara permukaan tubuh dan elektroda)

Untuk menjalan elektrodkardiograf dapat dipakai arus searah dan dapat pula arus berganti dengan tinggi potensial 110 volt atau 220 volt.

Lokasi pencatatan yang dipergunakan ada 12 sandapan (lead). Kedua-belas macam lokasi tersebut diberi tanda pengenal I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, dan V6. Lebar amplitudo gerak jarum pencatat harus 0,1 mV/mm dan kecepatan aliran kertas grafik harus 25mm/detik. Dengan adanya uniformitas pencatatan ini, elektrokardiogram secara praktis dapat dianggap uniform sehingga adanya kelainan dapat diidentifikasi.
       Untuk pencatatan yang biasa dipakai, adalah 10 elektrode, yang ditempatkan sebagai berikut :
1.    satu ditangan kiri dan satu ditangan kanan
2.    satu dikaki kiri dan satu dikaki kanan
3.    enam buah dipermukaan rongga dada

 SANDAPAN (LEAD) PADA EKG

Hasil pencatatan yang dilakukan sehari-hari adalah pencatatan 12 sandapan, yaitu:
  1. Sandapan ektremitas. ketiga sandapan anggota badan ini disebut juga (bipolar limb lead atau standard limb leads) yaitu sadapan I, II dan III.
    • Sadapan I : untuk mengukur perbedaan potensial antara tangan kanan(RA=bermuatan negatif) dan tangan kiri (LA=bermuatan positif)
    • Sadapan II : untuk mengukur perbedaan potensial antara tangan kanan (RA = bermuatan negatif) dan kaki kiri (LF=bermuatan positif)
§  Sadapan III : untuk mengukur perbedaan potensial antara tangan kiri (LA=bermuatan negatif) dan kaki kiri (LF=bermuatan positif)
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi (segi tiga einthoven)














                        
  1. Tiga sandapan anggota badan yang diperbesar, yaitu :
    • Sandapan tangan kanan yang dperbesar (aVR) : perbedaan potensial antara tangan kanan (bermuatan positif) dan tangan kiri + kaki kiri membentuk ”elektroda indiferen”.
    • Sandapan tangan kiri yang diperbesar (aVL) : perbedaan potensial antara tangan kiri (bermuatan positif) dan tangan kanan + kaki kiri membentuk ”elektroda indiferen”.
    • Sandapan kaki kiri yang diperbesar (aVF) : Perbedaan potensial antara kaki kiri (bermuatan positif) dan tangan kanan + tangan kiri membentuk ”elektroda indiferen”.
          

  1. Enam sandapan prekordial, yaitu :
    • Sadapan V1 : mengukur potensial pada ruang interkostal IV
                    garis sternal kanan
    • Sadapan V2 : mengukur potensial pada ruang interkostal IV
                    garis sternal kiri
    • Sadapan V3 : mengukur potensial antara V2-V4
    • Sadapan V4 : mengukur potensial pada lokasi apeks kordis
                    ruang interkostal V
                    garis midklavikular kiri
    • Sadapan V5 : mengukur potensial setinggi V4
                    garis aksilaris anterior kiri
    • Sadapan V6 : mengukur potensial setinggi V4
                    Garis midaksilaris kiri
                          
 
              
PEMBACAAN EKG

       Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dalam membaca EKG harus di lakukan secara sistematis. Untuk itu yang harus di tentukan:
1.    Frekuensi jantung (HR)
2.    Irama jantung (teratur atau tidak, dengan cara melihat jarak antara QRS  yang satu dengan QRS yang lain sama atau tidak)
3.    Aksis (sumbu) elektris jantung
4.    Interval : PR, QRS,QT (normal atau tidak)
5.    Gelombang P (normal atau tidak ,apakah setiap gel.P selalu diikuti gelombang QRS,T)
6.    Gelombang QRS (normal atau tidak)
7.    Segment ST
8.    Gelombang T
9.    Gelombang U

      Dengan melihat hasil rekaman EKG, hendaknya kita sudah akan dapat membedakan, apakah gambaran EKG itu masih dalam batas yang fisiologis atau sudah dalam keadaan patologis.

 FREKUENSI JANTUNG
Jumlah denyut jantung permenit dapat dihitung dengan menentukan jarak P-P atau  R-R dalam detik. Kertas EKG terbagi-bagi atas kotak kecil, ditandai dengan garis halus, dan kotak besar yang ditandai dengan garis tebal. 1 kotak beasar = 5 kotak kecil. Kertas EKG ini biasanya bergerak dengan kecepatan 25 mm/detik. Dengan membacanya mengikuti arah panjangnya kertas EKG atau arah garis dasar, kita akan dapat menentukan waktu/ lama pencatatan dalam detik. 1 kotak kecil = 0,04 detik dan 1 kotak besar = 0,20 detik. Dalam istilah EKG jumlah denyut jantung dinamakan frekuensi QRS atau QRS rate.
Normal frekuensi denyut jantung adalah antara 60-100X/menit.
Jika QRS rate > 100X/menit dinamakan takikardi
dan jika QRS rate < 60X/menit dinamakan bradikardi

Untuk menghitung frekuensi denyut jantung dengan cepat, dapat dihitung dengan 3 cara sebagai berikut:
1.    1500/jumlah kotak kecil antara gelombang R yang berurutan (R-R)
2.     300/jumlah kotak besar antara gelombang R yang berurutan (R-R) . contoh: Jika R-R 30 kotak kecil atau 2 kotak besar, maka frekuensi denyut jantung adalah: 1500/30 kotak kecil = 50 X/menit (bradikardi)
                                  atau 300/2 kotak besar = 150x/menit (takikardi)                                      
3.    Untuk frekuensi jantung yang iramanya tidak teratur dapat dilakukan dengan: hitung gelombang QRS dalam 6 detik kemudian dikalikan dengan 10 atau ambil dalam 10 detik kemudian dikalikan dengan 6.
Contoh: jumlah gelombng QRS dalam 10 detik adalah 15 gelombang, maka frekuensi denyut jantung adalah: 15x6 = 90x/menit.

 IRAMA JANTUNG
Gelombang P harus selalu mendahului gelombang QRS, demikian pula gelombang QRS harus selalu mendahului gelombang T. Jika P mendahului QRS dan jarak interval PR selalu sama, maka itu dinamakan irama sinus. Dengan kata lain, jika denyut itu berasal dari nodus SA maka dinamakan irama sinus. Tetapi jika denyut itu berasal dari nodus AV maka dinamakan irama nodal atau junctional, jika dari ventrikel dinamakan irama ventrikel atau idio ventrikuler. Jadi jika didapat hasil takikardi atau bradikardi harus dilengkapi menjadi takikardi sinus atau bradikardi sinus.


a.  Sinus normal (sinus rhythm)
Kriteria:   > Irama : Teratur
               > Frekuensi jantung (HR) : 60 – 100X/permeit
                    > Gelombang P : normal,setiap gelombang P selalu diikuti
                        Gelombang QRS,T
                    > Interval PR : normal (0,12- 0,20) detik
                    > Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12) detik                  

b.   Sinus bradikardi
Kriteria:    > Irama : Teratur
               > Frekuensi jantung (HR) : <60 X/permeit
                    > Gelombang P : normal,setiap gelombang P selalu diikuti
                        Gelombang QRS,T
                    > Interval PR : normal (0,12- 0,20) detik
                    > Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12) detik

c.    Sinus takikardi
Kriteria:    > Irama : Teratur
               > Frekuensi jantung (HR) : > 100 - 150X/permeit
                    > Gelombang P : normal,setiap gelombang P selalu diikuti
                        Gelombang QRS,T
                    > Interval PR : normal (0,12- 0,20) detik
                    > Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12) detik

  INTERVAL.

a.    Interval P-R
Interval PR dihitung mulai dari permulaan gelombang P hingga permulaan gelombang PQR. Normal adalah 0,12 – 0,20 detik. Jika memanjang berarti ada perlambatan hantaran, dinamakan Blok AV I. Jika frekuensi QRS cepat, maka PR juga sedikit memendek. Jika P-R makin lama makin memanjang dan pada suatu saat P tidak disertai QRS, ini dinamakan blok AV tingkat II.

b.   Interval QRS
Interval QRS normal adalah 0,06 – 0,10 detik. Dibaca pada lead II atau V1. jika memanjang berarti ada perlambatan depolarisasi, kemungkinan ada blok di ventrikel atau otot jantung hipertropi. Blok ini kemungkinan adalah RBBB atau LBBB, yaitu Blok Berkas His kanan atau Blok Berkas His kiri.

c.      Interval Q-T
Interval ini sangat dipengaruhi jarak Pr,makin lebar PR makin besar QT. Normal tidak lebih dari 0,44 detik.


GELOMBANG

       Gelombang P
Gelombang P terjadi dari depolarisasi atrium kanan dan kiri. Gelombang P normal < 0,12 detik dan tinggi < 2,5 mm. Gambaran P yang (+)di lead I, II, aVL, aVF, V3-V6. Gambaran gelombang  P yang (-) di aVR.
Tanda dari pembesaran atrium kanan adalah Adanya gelombang P yang tinggi, ramping, dan runcing di II, III, aVF, tinggi > 2,5 mm lebar < 0,12 detik. Inisial yang tinggi biasa di sebut P pulmonal. Pembesaran atrium kiri ditandai dengan gelombang P lebar (broad notch). Lebar > 0,12 detik, di I, II, aVL. Ini biasa di sebut P mitral.

       Gelombang QRS
      Gelombang ini terjadi karena proses depolarisasi ventrikel kiri. Lebar QRS normal 0,06-0,12 detik. Gelombang Q yang besar dan tinggi 30 % gel. S dan lebar > 0,04 detik,biasanya merupakan tanda dari nekrosis miokard (akibat IMA) disebut: Q patologis. Gelombang Q yang kecil biasanya normal akibat aktivitas dari septum.

       Gelombang T
Gelombang T adalah repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium tidak terlihat, karena tersembunyi di dalam gelombang QRS. Gelombang T biasanya positif (menghadap keatas) pada sadapan I, II, aVL dan V4 – V6 dan negarif ( terbalik) di aVR.
Jika pada tempat-tempat yang positif terjadi inversi gelombang T, maka itu berarti ada iskemia miokard didaerah itu atau bekas infark miokard. Pada orang anemia juga sering terlihat inversi T, demikian pula pada hipertropi ventrikel dan kardiomiopati.

        Gelombang U
       Defleksi positif setelah gelombang T dan sebelim gel. P berikutnya.
       Penyebab timbulnya gel. U masih belum diketahui.
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukan adanya hipokalemia dan hiperkalsemia.
Gelombang U yang terbalik menunjukan iskemia miokard yang berat.

 SEGMEN ST
Segmen ST diukur mulai dari akhit QRS sampai awal gelombang T.Dalam keadaan normal segmen ST terletak pada garis dasar atau garis isoelektrik, terutama pada   sandapan standard dan V4 – V6.
·         Dinamakan Depresi ST, Jika segmen ST yang turun dibawah garis isoelektrik, menunjukkan suatu tanda iskemia pada dinding ventrikel biasanya akibat penyakit arteriosklerosis.
·         Dinamakan Elevasi ST, Jika segmen ST yang naik diatas garis isoelektrik, menunjukkan suatu keadaan luka atau injuri pada otot ventrikel yang hipertropi atau yang sangat tebal.

 LANGKAH PEMERIKSAAN
1.    Penderita berbaring di tempat tidur dalam posisi yang nyaman dan diistirahatkan selama 5 menit.
2.    Pada tempat yang akan dipasang elektrode dibersihkan dengan kapas alkohol agar bersih dari lemak/ kotoran yang mungkin akan menghalangi arus listrik dari kulit ke elektrode.
3.    Pada tempat tersebut diberi gel yang akan menjembatani elektrode dengan kulit agar hubungan kulit dengan elektrode benar-benar lancar.
4.    Pasang elektrode di tempat yang telah ditentukan.
5.    Jalankan rekaman EKG.
6.    Selesai pencatatan, hasil EKG harus diberi nama, umur, jenis kelamin, tanggal dan jam pemeriksaan dilakukan.
7.    Bacalah hasil perekaman EKG tersebut







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS